BUDIDAYA JAHE |
---|
Penyiapan Benih
Benih yang digunakan merupakan benih bermutu atau bersertifikat. Jahe dapat dikembangbiakan dari rimpang yang memiliki tunas atau dengan anakan. Rimpang yang akan digunakan sebagai benih memiliki ciri-ciri: sehat, berumur lebih dari 9 BST, memiliki 2-3 mata tunas, kulit rimpang tidak kisut, tidak terkelupas, mengkilat dan bernas. Pemilihan sumber benih dimulai dari pertanaman sampai di gudang. Rimpang untuk benih dipotong-potong dengan ukuran untuk jahe putih besar 30-60 g, jahe putih kecil/jahe merah 20-40 g. Potongan rimpang dicelupkan ke dalam larutan desinfektan lalu dikeringanginkan atau ditaburi abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih adalah ruas kedua dan ketiga. Sebelum ditanam rimpang ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan, yaitu dengan cara menghamparkan rimpang diatas jerami atau alang-alang tipis, ditempat teduh, atau di dalam gudang dan tidak ditumpuk. Selama penyemaian dilakukan penyiraman sesuai kebutuhan dengan cara disemprot (jangan disiram). Benih yang telah bertunas dengan tinggi tunas 1-2 cm siap ditanam di lapang.
Kebutuhan benih | : 1 – 1,5 ton/ha (jahe merah/emprit), 2 – 2,5 ton/ha (jahe gajah) |
Populasi | : 40.000 tanaman/ha |
Potensi hasil | : 16 ton/ha (jahe putih kecil/ jahe merah), 37 ton/ha (jahe putih besar) |
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan membajak atau mencangkul tanah sampai kedalaman 25-30 cm, selanjutnya membuat bedengan searah lereng dengan jarak tanam sekitar 60 x 40 cm. Tinggi bedengan 40 cm, lebar dan panjang disesuaikan dengan lereng, parit atau jarak antar bedengan 40 cm.
Pemupukan
Penanaman
Penamanan dilakukan pada awal musim penghujan, dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam sekitar 5-7 cm. Benih diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang tanam dengan posisi rebah dan tunas menghadap ke atas, tanah di sekitar benih agak dipadatkan agar benih kokoh, lalu benih ditutup dengan tanah.
Pemeliharaan
1. | Penyulaman |
Penyulaman dilakukan sampai umur 1,5 BST dengan memakai benih cadangan yang telah diseleksi dan disemaikan. | |
2. | Penyiraman |
Jahe termasuk tanaman yang tidak menyukai tempat yang tergenang. Masa kritis kebutuhan air bagi tanaman jahe sampai pada tahap pertumbuhan vegetatif optimum (6 bulan setelah tanam) | |
3. | Penyiangan dan Pembumbunan |
Penyiangan dilakukan dengan cara membuang gulma dengan hati-hati sampai umur 6 BST. Perbaikan saluran drainase pemisah petak dilakukan dengan menaikkan permukaan tanah pada petak tanaman pada saat musim hujan. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan mulai umur 3 bulan. |
Panen
Untuk jahe muda panen dapat dilakukan pada umur 4-6 BST, sedangkan untuk benih dapat dipanen setelah daun menguning dan mati, umur lebih dari 9 BST untuk jahe putih besar dan jahe emprit, umur lebih dari 10 BST untuk jahe merah. Panen dilakukan dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu dan rimpang diangkat secara keseluruhan, setelah itu tanah dan akar yang menempel dibersihkan.
Pascapanen
Untuk kebutuhan konsumsi, rimpang yang sudah dipanen dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan dikering anginkan, lalu masukkan kedalam karung dan disimpan. Untuk pembuatan simplisia rimpang dicuci bersih, ditiriskan kemudian diiris membujur dengan ketebalan 2-5 mm, dijemur dibawah sinar matahari yang telah dialasi dengan tikar bambu yang bersih dan ditutup kain hitam sampai kadar air 9-10% atau dikeringkan dengan oven dengan suhu tidak lebih dari 45oC. Simplisia yang telah kering dikemas dalam wadah kedap udara. Wadah atau kemasan yang digunakan sebaiknya bersifat inert, artinya tidak mudah beraksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi simplisia dari penguapan aktif, pengaruh cahaya, oksigen, uap air, cemaran mikroba, kotoran, dan serangga. Kemasan diberi label yang berisi informasi nama bahan, tanggal produksi, tempat produksi dan berat bersih. Simplisia yang sudah dikemas disimpan di ruang penyimpanan yang bersih, sejuk (suhu ruang 10-15oC) dan kering. Untuk keperluan benih, rimpang yang telah dibersihkan dimasukan dalam karung jala, atau disusun di atas rak/para para, di ruang penyimpanan yang sejuk, ventilasi, tidak bocor, penerangan cukup, tidak kena sinar matahari langsung, dan bebas dari hama gudang.